Kali ini, Alif dan keluarga pergi ke Pulau Papua. Di sana ia mengunjungi pasar tradisional Papua dan menemukan beraneka ragam bahan makanan khas Papua. Alif ingin mencari buah asli Papua di pasar tersebut.
Suatu ketika ia melihat seorang nenek yang terjatuh. Tas belanja yang dibawanya pun sobek. Buah matoa dari tas milik nenek tersebut ikut berjatuhan. Alif membantunya. Nenek meminta tolong kepada Alif untuk mengemas buah matoa ke dalam beberapa kantung plastik. Sebagai ucapan terima kasih, nenek tersebut memberikan beberapa kantung buah matoa. Alif senang mendapat buah asli Papua. Ia melanjutkan untuk mencari buah lainnya.
Di sebuah kios, Alif melihat seorang penjual buah pinang. Masyarakat Papua menyebutnya permen Papua atau Papua’s Candy karena cara memakannya adlaah dengan dikunyah. Mendengar kata permen, Alif sudah membayangkan rasa permen buah kesukaannya.
Alif juga tidak sabar untuk mencoba buah pinang dan matoa. Namun, Ibu meminta Alif untuk menghitung berapa banyak buah yang dimilikinya. Awalnya, Alif menghitung satu per satu. Namun, ia memiliki ide lain ketika melihat kantung-kantung buah. Ia menumpuk beberapa kantung besar yang berisi masing-masing sepuluh buah. Lalu, menambahkan dengan beberapa buah dari kantung kecilnya.
Saatnya mencoba buah matoa dan buah pinang. Pertama, ia mencoba matoa yang rasanya manis. Alif sangat menyukainya. Kemudian, ia juga mencoba permen pinang. Di luar dugaan, ternyata rasanya sedikit asam dan pahit. Tidak seperti yang ia bayangkan. Namun, hari ini ia sudah mengenal tentang buah khas Papua. Dengan buah-buah ini, ia belajar tentang konsep unitizing (menyatukan).
Reviews
There are no reviews yet.